

Pengembangan Garam Industri Terintegrasi merupakan salah satu program dari Proyek Strategis Nasional (PSN) yang sesuai dengan Perpres 109 Tahun 2020. Proyek ini terdiri dari tiga bagian besar, yakni Pabrik Pengolahan Garam Rakyat, Produksi Bittern Terintegrasi, serta Pabrik Garam PLTU. Ketiga program ini sangat strategis untuk mengatasi persoalan tingginya impor garam dan rendahnya kualitas garam rakyat.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyelenggarakan Rapat Koordinasi Peta Jalan Penyelesaian PSN Pengembangan Garam Industri, Rabu (13/10), dan dihadiri Plt. Deputi Teknologi Informasi, Energi dan Material (TIEM) Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Direktur Fasilitasi Riset Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan, Direktur Utama PT Garam (Persero), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian BUMN, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga serta Universitas Brawijaya.
Menindaklanjuti hal tersebut, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Wilayah dan Tata Ruang Wahyu Utomo selaku Ketua Tim Pelaksana Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) melakukan kunjungan ke lokasi pilot plant pengolahan garam rakyat di Gresik, Jawa Timur pada Jumat (15/10).
Dalam kesempatan tersebut, dilakukan rapat teknis untuk membahas roadmap, rencana aksi, dan pendanaan Pengembangan Garam Industri. Kunjungan ini juga diikuti oleh Plt. Deputi Bidang Teknologi, Industri, Energi, dan Material (TIEM) OR PPT BRIN, Direktorat Pendanaan Riset dan Inovasi BRIN, Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas, dan Sekretariat KPPIP.
“Pemanfaatan teknologi oleh BPPT diharapkan meningkatkan kualitas garam rakyat sehingga dapat bersaing di pasar, serta dalam jangka panjang mewujudkan target swasembada garam,” ungkap Wahyu Utomo.
Dalam kesempatan itu, Plt. Deputi TIEM BPPT Prof. Eniya Listiyani Dewi juga menyampaikan bahwa,“BPPT telah membuktikan bahwa seluruh teknologi pengolahan garam telah dikuasai (proof of concept), dan kini menuju tahap hilirisasi dengan mitra industri (proof of commercialization). Pilot plant 40 ribu ton garam telah selesai. Ke depan, rencana kloning pabrik garam yang dilakukan oleh mitra industri seperti di Rembang, Cirebon, dan Aceh diharapkan akan segera terwujud.”
Selanjutnya, OR PPT juga mengharapkan dukungan koordinasi pengembangan garam industri, misalnya konsolidasi lahan dan penerapan teknologi irigasi air di sentra-sentra garam rakyat.
Setelah melakukan diskusi dengan Direksi PT Garam (Persero), kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke pilot plant pabrik pengolahan garam rakyat dan plant bittern terintegrasi yang berada di kompleks yang sama, kemudian dilakukan rapat koordinasi membahas progres kegiatan anggota Konsorsium Garam Industri Terintegrasi, serta persiapan pembuatan proposal kegiatan untuk tahun 2022. (dep6/frh/fsr/hls)
***